Jumat, 05 Maret 2010

BAHAYA MELABELI ANAK DENGAN JULUKAN NEGATIF

Tentu anda pernah tanpa sengaja atau dengan sadar marah pada anak anda, bahkan saking emosinya terkadang tanpa sadar kita memberi label pada anak kita. " Pemalas ", " Bandel ", " Anak Lemah " dan lain sebagainya.
Terus terang saya juga pernah melakukan hal tersebut, ketika rasa lelah merajai raga ini terutama ketika " sang tamu " hendak berkunjung. Hal sepele dapat membuat saya berubah menjadi monster yang menakutkan bagi buah hatiku.
Isi surat berikut ini adalah ungkapan hati dari remaja seusia anak sulung saya, yang saya kutip dari buku favorit saya by Dra V Dwiyani. Sebenarnya isi surat ini lebih saya peruntukkan untuk diri sendiri, saya merasa meski banyak buku tentang cara mendidik anak yang baik yang saya telah baca , entah mengapa saya merasa masih jauh dari sempurna.........apalagi kalau lagi dalam kondisi tersebut diatas.........semua yang telah tersimpan rapi dalam kepala..........wusssssss..........hilang gak berbekas.


UNTUK  Mas Yudis dan Adek Jehan


" Maafkan Ibu ya sayang .........ibu belum bisa seperti yang kalian inginkan, tapi beri kesempatan ibu ya sayang........ibu akan lebih berusaha lagi..........belajar lebih sabar !!!!


Mudah - mudahan ini juga bermanfaat bagi semuanya dan maaf isi surat ini saya edit karena sangat panjang.




BERARTIKAH SEMUA YANG KULAKUKAN UNTUKMU, MAMA ?


Mama......... 
Sebenarnya Lia sangat sayang sama mama. Tanpa mama, Lia tidak mungkin bisa sampai sebesar sekarang jika bukan karena mama.
Tapi ma.... mengapa Lia tidak pernah diberi kesempatan berbicara, mengapa mama tidak pernah mau mendengarkan suara Lia. Mama kadang membuat Lia kesal, sebal, bete bahkan takut ketika mama sedang marah.


Mama..........
Lia ingin sekali menjadikan mama menjadi sahabat Lia, tempat curhat dan berbagi masalah tapi melihat sikap mama, Lia jadi takut.......
Lia sering merasa minder dan merasa tak berguna setiap kali hendak melakukan sesuatu, setiap kali ingat kata - kata mama yang mama tujukan buat Lia.
Mama...... mengapa setiap Lia memberikan alasan yang memang sebenar - benarnya, mama.......nggak pernah mau tau alasan Lia. Contohnya ketika Lia sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah dan mama menyuruh Lia mengerjakan tugas rumah, mama tidak mau tahu alasan Lia. Ma...... Lia merasa sendirian, nggak ada yang ngertiin Lia.
Mama..... senang sekali menyebut Lia adalah PEREMPUAN MALAS YANG TIDAK NGERTI PEKERJAAN.............. kenapa ma ? Lia ini anak kandung mama yang mama lahirkan khan ?
Ma..........yang telah Lia lakukan seperti cuci piring, bebenah rumah dan membantu mama didapur apa masih kurang ? Lia anak mama khan.... bukan pembantu mama khan ?


Setiap kali mama marah - marah tak menentu, kadang Lia merasa menyesal, tapi BUKAN KARENA MENYESALI KESALAHAN LIA, TAPI LIA MENYESAL MENGAPA TIDAK MELAKUKAN KESALAHAN YANG BESAR SEKALIAN, toh akibatnya sama saja, DIMARAHI !!!!


Mama.........
Lia sering berkhayal, bagaimana ya..... rasanya punya mama yang bersahabat seperti bundanya Sisil teman Lia, Lia iri sekali ma.......... Sisil selalu bercerita tentang kebaikan bundanya. Bahkan mereka sering nonton bersama di gedung bioskop.
Ma......... hati Lia sakit sekali setiap mama marah selalu saja mengklaim Lia sebagai PEREMPUAN PEMALAS setiap kali Lia menolak membantu karena ada kerepotan yang lain. Ma ......... apa sulit untuk mengerti anak sendiri? Apapun yang Lia lakukan untuk mama tak pernah mengubah julukan mama pada Lia, untuk apa ma....... Lia menunjukkan perubahan sikap karena Lia cape berusaha memahami mau mama. Selalu berubah setiap hari.
Mama .........
Maafkan Lia bila surat ini membuat mama tersinggung dan marah karena inilah isi hati Lia yang sesungguhnya yang sudah lama ingin Lia ungkapkan pada mama. Tolong maafkan Lia ya ma......... Lia sayang sekali pada mama.


                                                                               Dari Perempuan Malas dan Tidak Tahu
                                                                                                   Pekerjaan, Anak Mama
                                                                                                                LIA 


Renungan dari Dra V Dwiyani


Kita sering memberi stempel atau label pada anak kita dengan tujuan agar anak malu dan berubah memperbaiki diri kearah sikap yang menurut kita lebih baik, namun tanpa kita sadari julukan tersebut melukai hati dan harga diri mereka sebagai manusia.


Ketika anak terluka, banyak cara mereka untuk meluapkan kekesalannya yang semua itu ditujukan pada kita, orang tua mereka. Mungkin saja mereka malah melakukan atau merealisasikan julukan yang kita berikan padanya, yang akhirnya akan melekat menjadi sifat pada mereka. Jika demikian yang terjadi maka kita sendiri sebagai orang tua yang akan kewalahan menghadapinya.


Tindakan paling bijak adalah berhenti memberi julukan yang negatif yang menjatuhkan harga dirinya dan memberi kesempatan pada mereka untuk berubah dengan kesadaran sendiri, melalui proses dialog yang bersahabat.









0 komentar:

Posting Komentar